Jakarta-Bogor-Jakarta 24 Desember 2009

Hari ini,kenangan selama hampir empat tahun datang kembali. Perjalanan sehari ini Tebet-Bogor pulang pergi menyisakan kerinduan mendalam,mengenai sosok daerah pinggiran Jakarta dan kaum marginal yang terpinggirkan,melewati bekas kampus tercinta yang hanya saya pandangi dari kejauhan,melihat mesjid UI yang membuat kenangan akan bulan ramadhan selama kuliah semakin terasa, melewati gedung Balairung tempat gendering UI dinyanyikan pertamakali oleh saya dan tempat saya dinyanikan oleh junior ketika wisuda.

Perjalanan ini mengingatkan akan kehidupan saya pasca kuliah. Sangat kontras dengan kehidupan yang saya alami sekarang ini. Sebuah gap yang besar antara gedung-gedung pencakar langit dengan kumpulan orang-orang yang memiliki uang dengan jumlah besar.
Sementara menaiki kerata api mulai dari stasiun tebet sampai bogor,melihat kenyataan akan kaum urban yang terpinggirkan entah itu akibat pilihan mereka yang salah akibat mendatangi kota yang katanya lebih kejam dari ibu tiri,ataukah mereka hanyalah korban dari salah satu kebijakan pemerintah yang tidak berdampak apapun terhadap kesejahteraan rakyat miskin.

Memang,Jakarta tidak jauh beda dengan kota lainnya di belahan dunia,sebuah kota megapolitan yang dipenuhi oleh riak-riak yang datang dari berbagai penjuru ,mengadu nasib demi menggapai mimpi.Mulai dari riak yang berharap akan medapatkan kekayaan ketika meninggalkan desa tercinta yang sudah lama tidak berkembang akibat ketidakmerataan pembangunan,sampai riak seperti saya yang menggapai mimpi karena fasilitas pendidikan yang bagus di kota besar.

Dan sebagian dari fenomena kereta api adalah salah satu bagian dari hasil urbanisasi yang tidak terurus,sebuah hal yang akan menjadi petaka nasional yang menurut saya akan menambah pelik permasalahn ibukota, jika tidak terselesaikan.

Komentar

Postingan Populer