Strategi Dana Pendidikan Anak

Well,

Kali ini saya mau membahas tentang strategi keuangan khususnya untuk Dana Pendidikan Anak . Saat ini anak saya yang bernama Elmira sudah berumur 2,5 tahun. Lalu, bagaimana strateg keuangan yang sudah saya lakukan untuk mempersiapkan dana pendidikan buat Elmira. Sejujurnya, saya dan suami sudah menabung untuk si kecil sejak si Kecil lahir, jadi hitungan tahunnya adalah sejak 0 tahun. Kenapa? Ya karena disitulah kita memulai merencanakan dana pendidikan anak. Walaupun pada saat itu dan sampai saat ini, dana yang kita alokasikan tiap bulan tidak besar,tapi paling tidak msh bisa mengcover uang pangkal untuk masuk SD dan TK.

Strategi alokasi Dana Pendidikan Anak bisa dilakukan dengan melakukan kategorisasi alokasi dana pendidikan. Sebagai Ibu dan juga pekerja yang bekerja di sektor jasa keuangan, saya cukup paham tentang produk-produk keuangan yang bisa dijadikan jalur investasi dana pendidikan. Bukan berapa banyak yang harus kita alokasikan, melainkan seberapa rutin kita bisa mengalokasikan dan dana tersebut dialokasikan berdasarkan pada tingkat kebutuhan.

Yang pertama harus dilakukan adalah membagi kebutuhan dana pendidikan yang terdiri dari:
1. Dana Pendidikan Jangka Pendek : PG dan TK
2. Dana Pendidikan Jangka Menengah: SD dan SMP
3. Dana Pendidikan Jangka Panjang : SMA dan Universitas

Masing-masing kategori tersebut punya strategi pengalokasian dana berdasakan pada produk keuangan yaitu:

1. Untuk produk keuangan jangka pendek, pilihlah produk keuangan yang memiliki risiko yang rendah namun return pasti dan tidak terlalu besar. Misal apabila kita memiliki dana pendidikan  6 juta Rupiah dalam setahun (ketika anak lahir kita mulai mengalokasikan dana pendidikan anak misalnya 500rb perbulan) maka ketika anak berusia pertama, dana teresebut bisa kita masukkan ke Reksadana Pasar Uang yang memiliki risiko yang kecil dan return yang hampir setara dengan deposito, namun kelebihannya pajak yang dikenakan juga tidak sebesar Deposito. Adapun Reksadana Pasar Uang adalah produk reksadana yang dikelola oleh Manajer Investasi yang dananya dialokasikan ke beberapa instrumen keuangan yang berisiko rendah contoh: Deposito berjangka, sertifikat deposito, obigasi yang jatuh temponya kurang dari setahun, dll.
Selain itu kita juga bisa menaruh di deposito di Bank dengan rate yang disesuaikan dengan BI Rate dimana lebih kecil dari pada BI Rate (sekarang Repo Rate). Dan ingat, untuk deposito dikenakan pajak sebesar 20%.

2. Produk keuangan jangka menengah.
Untuk produk keuangan jangka menengah, kita bisa memilih Reksadana pendapatan tetap, Obligasi Retail. Nah ini saya siapkan untuk biaya masuk SD, karena kemungkinan besar akan digunakan pada saat masuk SD. Untuk jangka menengah, returnya tidak setinggi saham jangka panjang. Balik lagi ke prinsip Investasi " High Risk, High Return". Akan tetapi, dengan menggunakan produk investasi jangka panjang, imbal hasil yang kita dapatkan lebih tinggi dari tingkat deposito. Contoh, saya membeli ORI dengan return 7.5% pada tahun 2016, dimana pada saat itu bunga deposito saja maksimal 6.5%.

3. Produk keuangan jangka panjang
Untuk jangka panjang misalnya masuk Perguruan Tinggi, saya menggunakan Reksadana Saham. Adapun investasinya bisa dicicil misalnya 300.000-500.000 per bulan, tergantung pada kebutuhan uang pangkal nanti ketika masuk kuliah. Untuk jangka panjang ini, kita tidak perlu mengevaluasi setiap hari, hmm palingan saya hanya mengecek apabila setahun kinerja RD saham kurang baik, bisa dialihkan ke produk lainnya.

Pada akhirnya, semuanya kembali pada tujuan keuangan kita, produk-produk investasi yang ada mestinya disesuaikan kembali ke pada tujuan akhir pencapaian kita. Kalo kata mbak Ligwina Hananto, salah satu penasihat keuangan yang banyak menjadi rujukan saya, kembali lagi pada " Tujuan lo apa?"


Komentar

Postingan Populer