Trip Day I: Ho Chi Minh City

Ho Chi Minh City, Kota dimana Komunis Berjaya

Perjalanan kali ini sambil menghabiskan weekend waisak bersama nusy, tomet, razif, giang dan Linh (mereka berdua merupakan kawan nusy yang merupakan warga vietnam). Kota Ho Chi Minh City atau juga dikenal dengan nama kota Saigon pada saat pemerintahan kolonial perancis. Namun, nama Saigon berubah menjadi Ho Chi Minh sejak tahun 1976. Kata Ho Chi minh sendiri diambil dari nama seorang pejuang kemerdekaan Vietnam selatan yaitu Ho Chi Minh ( paman Ho) yang juga merupakan tokoh yang turut berkontribusi dalam pembentukan sistem politik di Negara Vietnam yaitu sosialis-komunis. Ho Chi Minh merupakan kota di mana pusat kegiatan perekonomian berlangsung. Beda dengan kota dibagian utara yaitu Hanoi yang merupakan pusat pemerintahan Negara Vietnam.

Ho Chi Minh merupakan salah satu kota terbesar di Vietnam. Kota ini telah menjadi kota metropolitan dengan jumlah penduduk sekitar 9 juta penduduk. Disamping itu, kota ini juga telah berkembang dengan pesat sejak kemerdekaan Vietnam dari invasi Amerika Serikat pada tahun 1975. Memiliki 19 district dan 5 suburban district. Adapun district 1 merupakan pusat objek wisata, dengan hampir semua bangunan bersejarah berpusat disini. Namun, jika dibandingkan dengan Jakarta dan kota lainnya maka bisa dipastikan bahwa Negara kita lebih maju dari ini ( ya iyalah, mereka aja baru selesai perang tahun 1975). Melihat kota HCMC dimana jalanan dipenuhi dengan motor-motor bebek yang cukup tua dan sepeda listrik yang masih banyak ditemukan di kota ini. Bisa disimpulkan bahwa mayoritas penduduk HCMC menggunakan motor sebagai alat transportasi utamanya. Hal ini bisa jadi karena minimnya alat tarnsportasi umum yang tersedia. Selama disana, saya hanya melihat satu macam bus kota, opelet dan ojek. Mungkin faktor inilah yang juga membuat mengapa kota ini tidak begitu macet. Mobil-mobil mewahpun seperti BMW, Mercedez Benz jarang terlihat. Walaupun pada akhirnya saya melihat mobil-mobil tersebut di daerah business district sekitar gedung Burse Efek HCM. Satu hal yang juga menjadi keunikan di kota ini yaitu saya menemukan bendera Negara dan bendera komunis terpajang hampir disetiap rumah. Ternyata bendera disini tidak hanya di pasang di perkantoran ataupun sekolah-sekolah. Beberapa rumah juga memasang kedua bendera tersebut. Pada umumnya, bendera yang dipasang pun selalu sejajar antara bendera Negara yang berlambangkan bintang bewarna kuning dan bendera partai komunis yang merupakan partai tunggal di Negara ini.

Foto Ketika Sampai di bandara :)

Hari Pertama:

Hari pertama merupakan hari sabtu, setelah sebelumnya kami tiba di kota Ho Chi Minh pada jum’at malam sabtu. Tidak ada aktivitas yang cukup menarik ketika tiba di kota ini, karena saya dan kawan-kawan sudah cukup lelah, maka saya hanya mengisi malam pertama kedatangan saya dengan mencari makan malam, dan kemudian berjalan-jalan melihat taman yang berlokasi dekat dengan hotel dan kemudian istirahat kembali ke hotel.

Keesokan harinya, saya dan kawan-kawan mengikuti tur ke delta Mekong. Secara geografis, delta Mekong ini merupakan pertemuan antara sungai Mekong dan laut, dengan luas sekitar 39.000 km2 dan dikelilingi oleh hutan mangrove dan kelapa. Sepanjang perjalanan, saya memperhatikan rumah-rumah yang berderet. Secara arsitektur, rumah-rumah yang dibangun memiliki bentuk dan design seperti ruko. Atapnya tidak dihiasi oleh genteng ataupun seng, walaupun masih ada beberapa rumah yang dilengkapi dengan seng dengan perbandingan 1 untuk setiap 10 rumah. Dengan rata-rata setiap bangunan rumah memiliki 3-5 lantai, bisa dilihat bahwa sepertinya mencari lahan yang luas untuk membangun rumah di HCMC tidaklah mudah. Rata-rata bangunan sepertinya memiliki luas 50-60m2.

Akhirnya saya sampai pada dermaga delta Mekong, tur dimulai dari menaiki perahu /kapal kayu yang dikemas dengan cukup rapi, disertai dengan kursi rotan yang di tata apik sehingga perjalanan selama menuju pulau mangrove menjadi nyaman. Kunjungan pertama di pulau mangrove yaitu mengunjungi proses pembuatan hasil perkebunan kelapa muda yang dikemas menjadi aneka penganan menarik seperti permen, kerupuk dan kulit lumpia ( saya tidak tau nama vietnamnya apa). Setelah selesai dengan kunjungan di pulau pertama dimana hasil perkebunan utama adalah kelapa, maka kunjungan berikutnya adalah ke pulau kelapa juga dimana kita makan siang bersama dan juga melihat proses kerajinan permen dari kelapa. Sekali lagi, saya bisa melihat bagaimana creative industry juga berjalan di Ho Chi Minh City. Nilai lebih yang dimiliki oleh mereka adalah mereka dapat mengemas kekhasan hasil perkebunan mereka dipadu dengan wisata alam yang menarik.


Me and Giang ( my Vietnamese frend )

Setelah mengunjungi dua pulau mangrove yang berbeda, saya akhirnya sampai pada pulau ketiga. Di pulau ketiga ini saya menaiki kereta kuda ( semacam delman ). Ada hal yang cukup menarik pada saat saya dan kawan-kawan menaiki kereta kuda pertama sampai akhirnya saya harus berpindah ke kereta kuda yang lain. Kereta kuda pertama yang saya naiki teryata tidak cukup kalem, sang kusir sempat menyambuk kuda, sampai akhirnya sang kuda mengamuk, dan kereta yang kita naiki menabrak anak kecil yang naik sepede listrik ..duhh..ada-ada aja….

Naik Delman Ala Vietnam

Akhirnya saya dan kawan-kawan tidak mau ambil risiko, saya pun pindah mencari kereta kuda lain dan karena beberapa kereta sudah ada penumpangnya, maka saya harus berpisah dengan kawan-kawan. Setelah sekitar 1 km saya menaiki kereta kuda, maka kami sampai pada suatu tempat. Di tempat ini, saya disajikan minuman teh khas Vietnam dan dijamu pertunjukan musik khas Vietnam ( sebenernya gak tau juga lagunya tentang apa). Namun, pada saat peertunjukan selesai, sebagai ungkapan penghormatan kepada mereka yang telah menghibur kami, maka sayapun turut memberikan applause pada mereka. Satu hal yang unik, ternyata pada saat pertunjukan , mereka juga menaruh sebuah mengkok di tengah panggung ( semacam mangkok untuk uang saweran..haha gak jauh beda lah sm di Indonesia). Pertunjukan pun selesai, dan kami kembali ke kapal. Namun sebelum kami menuju kapal yang sebenarnya, kami digiring menuju perahu sampan dengan kapasitas mencapa 3 orang penumpang per kapal. Hmmm..cukup menarik, setiap kapal di damping oleh 1 orang pengayuh dayung dan akhirnya sayapun sampai di kapal kayu yang akan membawa saya kembali ke dermaga.
Foto Dengan sampan +dayung menuju kapal


Sepanjang perjalanan tur di delta Mekong, saya terus berandai-andai bilamana potensi yang dimiliki oleh Negara saya juga dikemas seperti ini. Saya membayangkan sungai Kapuas ataupun floating market di banjarmasin dikemas lebih menarik dan menjadi nilai lebih bagi wisatawan yang ke pulau Kalimantan. Saya pun bermimpi dalam angan-angan bahwa beberapa tahun lagi pulau-pulai lain di Indonesia yang juga memiliki potensi tidak kalah bagusnya akan menyusul pulau bali yang telah menjadi icon pariwisata nasional sejak lama. Namun, rasanya mimpi saya akan pudar jika tidak diiringi oleh komitmen yang kuat dari pemerintah khususnya kementerian pariwisata. Tur hari pertama selesai, sayapun kembali ke district 1 Saigon, tur hari ini cukup melelahkan, namun kami masih memiliki keinginan untuk menjelajahi kota ho chi minh di malam hari setelah hari yang cukup melelahkan ini.

Dinner di hari pertama kami adalah Vietnamese pancake. Vietnamese pancake tidak jauh berbeda dengan pancake-pancake yang ada pada umumnya. Hal yang membedakan adalah Vietnamese pancake tampak sangat lebih tipis dengan isi yang lebih variatif. Berdasarkan menu yang saya lihat, Vietnamese pancake bisa diisi dengan daging babi, udang, kepiting, dan bermacam-macam jamur. Saya pun memilih pancake isi semua jamur ( mulai dari jamur kancing, jamur kuping, dll). Pancake pun siap disantap, dengan sambel khas Vietnam ditambah sambel kacang…hmmm yummy….. Ada hal yang sempat membuat saya kaget ketika ingin mencicipi karena pancake ini juga dilengkapi dengan bermacam-macam sayur lalapan. Pada awalnya saya tidak mengerti bagaimana memakan pancake Vietnam ini, apakah saya akan mengabaikan bermacam-macam daun-daunan yang disajikan atau daun-daunan itu akan menjadi pencuci mulut. Maklum, biasanya saya memakan daun-daunan disertai dengan nasi panas, ayam atau ikan asin dan tentunya sambel terasi .

Akhirnya seorang kawan yang memang orang Vietnam asli, menunjukkan bagaimana memakan pancake ini. Pertama-tama daun yang disajukan diambil, kemudian isi pancake dipotong beserta isinya dan di bungkus oleh daun itu. Setelah dibungkus daun, pancake dicelupkan kedalam sambel. Slurrrpppp,,,renyah dan sehat tentunya …kalo kata Fara Quinn…”Yummy”.

Menikmati Vietnamese Pancake+Snail :)

Disamping menikmati Vietnamese pancake, saya dan kawan-kawan juga memesan bekicot. Awalnya saya enggan memakan bekicot ini, karena terbayang rupa bekicot yang sebenarnya di kepala saya. Tetapi, karena rasa penasaran yang begitu besar terus berkecamuk di kepala saya, akhirnya bekicot pun saya lahap juga hihi. Bekicot yang disajikan sudah diolah ( dihaluskan) sehingga warnanya putih seperti siomay. Rasanya seperti rasa kerang dan karena dililit oleh batang sereh, maka rasanya menjadi renyah dan gurih. Maka, jadilah malam itu menjadi malam pertama saya makan bekicot .

Setelah perut terasa kenyang dengan bermacam-macam pancake yang kami pesan, maka saatnya berjalan-jalan keliling kota di malam hari. Awalnya saya dan kawan-kawan berencana untuk menghabiskan malam sambil berkaraoke ria. Namun akhirnya rencana itu gagal, karena pada akhirnya kami berjalan-jalan di malam hari demi melihat pemandangan notredarme cathedral yang terletak di pusat kota district 1. Sepanjang perjalanan di malam hari, kami melewati bioskop,kantor pemerintahan dan kantor perwakilan partai komunis di HCMC. Ada hal yang menarik sepanjang perjalanan kami di malam hari yaitu masih terdapat beberapa petugas kebersihan yang terlihat menyapu jalanan. Padahal saat itu, waktu telah menunjukkan pukul 21.30 waktu HCHM. Hmmm,,,akhirnya saya mengambil kesimpulan mengapa kota ini terlihat cukup bersih. Saya rasa, pemerintah sangat concern dengan kebersihan dan tata lingkungan kota. Saya membandingkan dengan kondisi Jakarta yang telah maju lebih dahulu sejak tahun 60an, namun sangat tertinggal dari segi kebersihan lingkungan.

Notredarme Cathedral di Malam Hari

Setelah berjalan-jalan cukup jauh, akhirnya kami sampai pada tempat yang ingin dituju yaitu melihat notredarme cathedral di malam hari. Rupanya didepan notredarme cathedral terdapat patung bunda maria, disitulah saya melihat orang-orang nasrani beribadah. Lokasi notredarme cathedral ini juga berdampingan dengan kantor pos kota HCMC. Sepertinya kantor pos ini merupakan bangunan yang cukup tua juga. Setelah puas melihat-lihat, saya dan kawan-kawan akhirnya duduk di angkringan kopi. Oh ya, satu hal lagi yang menarik di sini adalah banyaknya penjual kopi Vietnam di setiap sudut kota dan model angkirngannya cukup unik yaitu menggunakan kursi jongkok sebagai tempat duduk pembelinya. Tentunya dengan udara yang cukup panas pada saat itu, kopi Vietnam lebih nikmat diminum dengan es dan dahaga akan lepas setelah meminum kopi khas Vietnam ini.

Hari pertama menjadi hari yang cukup panjang bagi saya dan kawan-kawan. Akhirnya kami kembali ke motel dan mempersiapkan hari esok untuk sesi oleh-oleh di Bent Than Market dan mengunjungi museum perang Vietnam dimana terdapat berbagai macam dokumentasi selama perang dan sisa-sisa perang yang tentunya sangat memilukan bagi warga Vietnam.

Komentar

Azia Azmi mengatakan…
Seru ya de..
lo makan bekicot? yakss geli deh..hehe..lo ke tempat terowongan vietcong ga?

btw tulisannya byk 'typo'-nya..salah ketik..contoh 'kkota', 'tarnsportasi'..diedit lagi de biar cakep :D
Anjani mengatakan…
ok...hehe ntar gw edit lg,,
ke chuchi tunnel.,gak keburu zii,,senennya gw sm temen gw udah capek bgt,..akhirnya gw gk ke chuchi tunnel :(..mestinya nyobain terowongan vietcong yah huhuhu
Azia Azmi mengatakan…
sayang banget de..jauh ya dari HCMC?

Postingan Populer